A.
Pengertian
Subnetting
Subnetting adalah upaya/proses untuk memecah
sebuah network dengan jumlah host yang
cukup banyak, diubah menjadi beberapa network dengan jumlah host yang lebih
sedikit atau Subnetting adalah proses memecah suatu IP jaringan
ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut "subnet." Setiap subnet
deskripsi non-fisik (atau ID) untuk jaringan-sub fisik (biasanya jaringan
beralih dari host yang mengandung satu router -router dalam jaringan multi).
Subnet dibuat untuk membatasi ruang lingkup lalu lintas siaran, untuk
menerapkan keamanan jaringan tindakan, untuk memisahkan segmen jaringan
berdasarkan fungsi, dan / atau untuk membantu dalam menyelesaikan masalah
kemacetan jaringan.
Untuk
mensiasati jumlah IP addressyang tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network menjadi
beberapa network yang lebih kecil yang disebut subnet.
Terdapat
dua macam subnetting: subnetting statis
dan variable subneting. Subnetting statis adalah subnetting di
mana semua subnet dalam jaringan menggunakan subnet mask yang sama. IP lokal
dan RIP routing versi 1 hanya menyokong subnetting statis. Variable length
subnetting memperbolehkan penggunaan subnet mask yang berbeda oleh
subnet-subnet dalam jaringan. Sebuah subnet kecil dengan hanya sedikit host
membutuhkan sebuah subnet mask yang mengakomodasi subnet-subnet ini saja.
Sebuah subnet dengan banyak host mungkin membutuhkan sebuah subnet mask yang
berbeda untuk mengakomodasi host-hostnya. Variable length subnetting
mengizinkan kita untuk membagi jaringan sehingga memungkinkan untuk menetapkan
host yang mencukupi untuk setiap subnet dengan mengubah subnet mask untuk tiap
jaringan. RIP versi 2 menyokong variable length subnetting dan begitu juga
subnetting statis. RIP versi 1 hanya menyokong kapasitas kelas standar.
B. Fungsi
Subnetting
Fungsi subnetting antara lain sebagai
berikut:
- Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data
yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
- Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
- Pengelolaan yang disederhanakan.
- Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak
geografis yang menjauh.
Adapun kegunaan Subnetting adalah:
1.
Untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet.
2. Memperbanyak
jumlah network (LAN).
3.
Mengurangi jumlah host dalam satu network.
4. Untuk mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas
data dalam suatu network.
C. Perhitungan Subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara yaitu binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih
cepat. Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya
ditulis dengan 192.168.1.2/24. Penjelasanya adalah bahwa IP address
192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. /24 diambil
dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau
dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Classless Inter-Domain Routing
(CIDR) adalah suatu metodologi pengalokasian alamat IP dan routing paket
Internet Protocol. dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address
digunakan tanda garis miring (Slash)"/", diikuti dengan angka yang
menunjukan panjang network prefix ini dalam bit. Alamat IP yang digambarkan
sebagai terdiri dari dua kelompok bit pada alamat: bagian paling penting adalah
alamat jaringan yang mengidentifikasi seluruh jaringan atau subnet dan bagian
yang paling signifikan adalah host identifier, yang menyatakan sebuah antarmuka
host tertentu pada jaringan. Divisi ini digunakan sebagai dasar lalu lintas
routing antara jaringan IP dan untuk kebijakan alokasi alamat. Classful desain
jaringan untuk IPv4 berukuran alamat jaringan sebagai satu atau lebih kelompok
8-bit, sehingga blok Kelas A, B, atau C alamat. Classless Inter-Domain Routing
mengalokasikan ruang alamat untuk penyedia layanan Internet dan pengguna pada
alamat apapun sedikit batas, bukan pada segmen 8-bit. Dalam IPv6, bagaimanapun,
host identifier memiliki ukuran tetap 64-bit oleh konvensi, dan subnet yang
lebih kecil tidak pernah dialokasikan kepada pengguna akhir.Jaringan Classful
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan arsitektur jaringan Internet
hingga sekitar 1993. Ini membagi ruang alamat Internet Protocol Version 4
(IPv4) ke alamat lima kelas. Setiap kelas, dikodekan oleh tiga bit pertama dari
alamat, yang didefinisikan ukuran yang berbeda atau jenis file (unicast atau
multicast) dari jaringan. Saat ini, sisa-sisa dari konsep-konsep jaringan
classful tetap pada prakteknya hanya dalam lingkup terbatas dalam parameter
konfigurasi default dari jaringan beberapa komponen perangkat lunak dan
perangkat keras (misalnya netmask), tetapi istilah yang sering kali masih
terdengar di diskusi umum mengenai struktur jaringan di kalangan administrator
jaringan. Classful merupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas
dimana IP address ( yang berjumlah sekitar 4 milyar ) dibagi kedalam lima kelas
yakni :
Address kelasA. 1
bit pertama IP Address-nya"0"
Address kelas B. 2
bit pertama IP Address-nya"10"
Address kelas C. 3
bit pertama IP Address-nya"110"
Address kelas D. 4
bit pertama IP Address-nya"1110"
Address kelas E. 4 bit pertama
IP Address-nya"1111"
Pada
hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok
Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
E. Contoh Kasus Subnetting
1. Contoh kasus
Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 10.0.0.0/16.
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa
digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai
/30.
Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16
berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
- Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya:
0,1,2,3,4, etc.
- Contoh
kasus Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 172.16.0.0/18 dan 172.16.0.0/25.
SUBNETTING
PADA IP ADDRESS CLASS B
Berdasarkan blok subnetnya.
CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok
subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok
subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga
berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
>> Contoh network
address 172.16.0.0/18
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask
/18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya
binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 =
4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah
kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi
jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
- Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 +
64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
>> Contoh
network address 172.16.0.0/25.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask
/25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
- Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0,
128)
- Contoh
kasus Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Analisa :
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask
/26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan :
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya
binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B,
dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22
= 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah
kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi
jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
- Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) =
64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
F. Prinsip Subnetting
Subnetting adalah proses membagi atau memecah sebuah network menjadi
beberapa network yang lebih kecil atau yang sering di sebut subnet yang
bertujuan untuk mempercepat jalur data.
Subnet mask adalah istilah yang
mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID
dengan host ID. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network dentifier
diset ke nilai 1. Semua yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier
diset ke nilai 0.
Representasi
panjang prefiks dari sebuah subnet mask :
Cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan
menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network
prefix dengan menggunakan notasi network prefix.
- CIDR (Classless Inter-Domain
Routing)
merupakan
sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan
sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E.
Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih
efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP
jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
CIDR
dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak
terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C
yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat
menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat
IP kelas B.
- VLSM ( Variable Length
Subnet Masking )
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting,
dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang
mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa
digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.Jika
proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host
yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan
tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih
banyak alamat. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap,
subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan
dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama.
Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask
yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga
subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut
dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer
asli yang sama. Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik
subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya
telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit
network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan
dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Teknik ini membutuhkan protokol routing baru.
Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah
Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First
(OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1
yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya
mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing
terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet
mask.
Perhitungan
IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan
suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address
menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan
internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan :
1. Routing
protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix
untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan
lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),
2.
Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung
metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Terdapat
topologi seperti dibawah ini, maka pembagian subnetnya dapat digambarkan
seperti di bawah dengan cara CIDR/VLSM.
kemudian
topologi tersebut bisa kita simulasikan ke sebuah paket tracer. Packet
Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering
digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang
penelitian simulasi jaringan komputer. Tujuan utama Packet Tracer adalah untuk
menyediakan alat bagi siswa dan pengajar agar dapat memahami prinsip jaringan
komputer dan juga membangun skill di bidang alat-alat jaringan
Cisco. Packet Tracer adalah sebuah software yang dikembangkan oleh
Cisco. Dimana software tersebut berfungsi untuk membuat suatu jaringan komputer
atau sering disebut dengan computer network. Dalam program ini telah tersedia
beberapa komponen–kompenen atau alat–alat yang sering dipakai atau digunakan
dalam system network tersebut, Misalkan contoh seperti kabel Lan cross over,
console, hub, switches, router dan lain sebagainya. Sehingga kita dapat dengan mudah
membuat sebuah simulasi jaringan computer di dalam PC Anda, simulasi ini
berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap–tiap alat tersebut dan cara
pengiriman sebuah pesan dari komputer 1 ke computer lain dapat di simulasikan
juga disini.